Ini
adalah Catatan Poto Perjalanan (Catoper) Pendakian pada Taman Nasional Gunung
Rinjani Via Sembalun
Hari Pertama – Kamis, 14 Agustus
2014
·
16.00
wib
Tim yang berjumlah 2 (dua) orang,
Santhy Tri Widianthy (penulis) – Akt.II 170302/R/II/013 dan M. Ridwan Firdaus – Akt.Perintis
170302/R/P/007,
berkumpul di Pool Damri. Logistik, bahan makanan dan peralatan pendakian sudah
tersusun rapih pada carrier dan daypack yang kami siapkan seminggu menjelang
keberangkatan.
Ini adalah kali pertama perjalanan
pendakian kami untuk spot yang jauh dari rumah dan kali pertama juga perjalanan
pendakian hanya ada kami berdua.
·
16.00
wib – 18.00 wib
Kami segera menuju bandara soekarno
hatta terminal 1f. Mengingat keberangkatan kami ini di hari kerja, maka kamipun
menggunakan damri royal jurusan Bogor-Bandara Soetta agar terhindar dari
kemacetan. Normalnya memang hanya sekita 1 (satu) hingga 2 (dua) jam
perjalanan. Namun, jika pemberangkatan di hari kerja dan di jam pulang kerja
maka, kemacetanpun tidak dapat dihindarkan.
Adoel (biasa kami memanggilnya),
tertidur di bis damri. Sedangkan saya, hanya menikmati perjalanan yang sedikit
macet.
·
18.00
wib – 19.00 wib
Setibanya kami di bandara, kami
segera menuju loket bagasi. Dan masuk kea rah ruang tunggu keberangkatan
domestik. Perjalanan malam dan sehabis pulang kerja itu membuat kami sempat
singgah di tempat makan. Menurut perhitungan, kami akan tiba di bandara mataram
sekitar pukul 10 (sepuluh) malam waktu Indonesia tengah. Itupun jika tidak ada
hambatan dari maskapai yang kami gunakan.
·
19.00
wib – 21.00 wib
Kami menunggu keberangkatan di ruang
tunggu. Dari sekian banyak orang, ada 1 (satu) orang, lelaki (sebut saja dia
Angkasa, maaf bang saya lupa namanya), yang juga menuju TNGR. Banyak pengalaman
yang dia lalui. Dan itu menjadi pembelajaran untuk kami. Dia sendiri dari
Jakarta, kabarnya sih temennya sudah menunggu di Jalur Senaru. Kebetulan memang
beda jalur dengan si Angkasa ini. Kami tetap gunakan jalur Sembalun untuk naik
dan jalur Senaru untuk turun (plan ke-1).
·
21.00
wib – 22.00 wita
Finally, kamipun terbang menuju
Mataram (setelah delay 1 jam). Dan kami tertidur (lagi) selama perjalanan
terbang. Hamper 80% seisi pesawat agaknya tertidur pulas. Kalau saya sih jujur
saja, memang lelah setelah seharian bekerja.
·
22.00
wita – 00.00 wita
TIBAAAAA di bandara Mataram Lombok.
Sebelumnya memang saya sempat nyari barengan di
@infopendaki, dan alhasil saya menemukan sahabat dari Jogjakarta. Mereka
berdua, dan sudah menunggu sekitar 4 jam di bandara (sorry yah guys…). Mereka
itu Gigieh Rinjani Ade Prima (rinjani disini nama asli, suer! Saya pernah liat
KTP nya) dan Fajar
Maulana Kurniawan.
Kiri
berbaju merah itu Mas Gigieh dan kanannya Mas Fajar. Eksis betul
fotonya...xixixi
Kiri Mas Fajar dan
Kanan Mas Gigieh
Setelah barang bawaan tersusun rapi
di trolly kami segera menghampiri sahabat Jogja itu. Mereka menunggu didepan
indomart (sungguh, saya gak tau itu dimana). Saya mencoba telepon si Mas Gigieh
ini, dan tidak ada jawaban (oh God, kemana orang ini?). saya dan Adoel keluar bandara,
saya mencari sahabat JOgja dan Adoel mencari supir travel yang akan mengantar
kami menuju Sembalun.
Tidak berapa lama, saya akhirnya
menemukan Mas Gigieh (dengan tidak meneleponnya, untung gak salah orang), dan
Adoel menemuka sang supir yang gaul itu (namanya Pak Lalu).
Segera kami mengemas barang bawaan
(yang banyak) ke dalam mobil. Karena mobil yang digunakan jenis Avanza, alhasil
si Angkasa terpaksa deh menumpang mobil lain yang juga menuju TNGR.
Barang bawaan di bangku paling
belakang dengan penunggunya Mas Fajar (xixixixi, maaf yah Mas), saya di bangku
tengah belakang Pak Lalu, Mas Gigieh disamping saya, dan sampingnya lagi
temannya Pak Lalu (gak tau namanya).
Yang menyupiri kami, jelas Pak Lalu
seperti yang saya bilang sebelumnya. Dan disampingnya ada Adoel. Dan kami
langsung menuju Sembalun. (skip aja yang mampir di indomart karna kami gak jadi
beli air disitu, pada bocor botolnya)
Hari ke-2 – Jumat, 15 Agustus 2014
·
00.00
wita – 02.00 wita
Perjalanan menuju Sembalun
seharusnya 3-4 jam. Namun, karena ini perjalanan (tengah) malam, maka kami
hanya menembus waktu 2 jam. Selain jalanan yang kosong dan mulus, Pak Lalu pun
melenggang dengan baik dijalanan seperti pembalap handal.
Kami sempat berhenti di daerah
Sembalun (mereka bilang tempat itu namanya Puncak), saya kedinginan, kabut
diluar mobil sangat tebal. Dan mereka mereka turun dari mobil untuk menikmati
pemandangan (Pemandangan apa kabut semua?hehehe), tidak berapa lama akhirnya
kami melanjutkan perjalanan menuju pintu masuk Taman Nasional Gunung Rinjani.
Setibanya di Balai Taman Nasional
Gunung Rinjani, saya menelepon sang porter yang kami kontrak menemani kami
selama pendakian, namanya Pak Nana. Ketika komunikasi di telepon itu selesai,
saya dan Adoel diantar kerumah Pak Nana, sedangkan Mas Gigieh dan Mas Fajar
memilih untuk bermalam di Balai TNGR.
Tidak seberapa jauh, akhirnya kami bertemu dengan Pak Nana. Kami
segera menuju rumahnya. Sempat membicarakan rencana pendakian dan mengulas
sedikit barang bawaan untuk pendakian pagi harinya. Setelah deal dengan rencana
kami, akhirnya Pak Nana sang pemilik rumah mempersilahkan kami beristirahat
dengan dipinjamiya selimut tebal nan hangat (makasih loh Pak Nana)
Ini dia porter
kita, Pak Nana..... say hai Pak.....
·
02.00
wita – 06.00 wita
Di jam segini
kami beristirahat secara maksimal. Selamat mimpi indah... *tarik selimut tebal
·
06.00
wib – 07.00 wita
Meskipun masih
terasa lelah, kami harus segera bersiap untuk pendakian. Sebelum berangkat kami
disungguhi sarapan oleh si empunya rumah a.k.a Mrs. Nana. Endesss banget
makanannya. Ajib pedesnya, bikin ketagihan.
Dan kami
memulai pendakian dengan berjalan (baca: jalan pake ojek). Kami sempat mampir
ke warung nasi untuk perbekalan selama perjalanan menuju Plawangan Sembalun.
·
07.00 wita – 07.30 wita
Sesampainya di
Balai TNGR kami mengisi data pengunjung dan membayar administrasinya. Saya
sempat bertemu dengan Mas Gigieh dan Mas Fajar yang sedang melakukan persiapan.
Karena saya dan
Adoel adalah pendaki dengan kecepatan normal 20 KM/jam (lama banget dong yah?),
akhirnya saya dan Mas Gigieh sepakat untuk berpisah. Mereka meneruskan
perjalanan dengan pendaki asal Sumbawa.
Saya dan Adoel kembali menuju jalur pendakian (masih pake ojek sampe
batas kawasan), dan memulai perjalanan.
batas kawasan TNGR - shoot by Adoel
batas kawasan TNGR - shoot by Widhie
·
07.30 wita – 17.00 wita
Kami berjalan
menuju pos 1 – pos 2 – pos (ekstra) 3.
Pintu masuk TNGR – Pos 1
Perjalanan
menuju pos 1 di dominasi oleh padang savana yang luas. Jalanan datar sesekali
menanjak sedikit. Jalur jelas. Usahakan menggunakan sunblock jika perjalanan
dilakukan pada siang hari. Gunakan syal/slater/ruff sebagai pelindung agar debu
tidak terhirup.
Apabila
perjalanan dilakukan dengan berjalan santai maka akan tiba di pos 1 selama 1
jam. Selama perjalanan kami melewati beberapa pendaki. Mereka rombongan yang
lebih banyak berasal dari Jawa Timur. Sangat sedikit dari mereka yang
menggunakan jasa porter sehingga mereka berjalan lebih santai lagi.
Pada pos 1 kami
beristirahat sejenak sambil bercengkrama dengan beberapa regu yang terlihat
menggunakan pakaian aparatur negara.
Pos 1 – Pos 2
Pada jalur
menuju pos 2 akan sedikit menanjak. Debunya pun semakin banyak yang mengudara
setelah jumlah pendaki yang nanjak semakin banyak. Pada saat kami mendaki
memang sedang ada event dari Jakarta yang bekerja sama dengan Mapala Universitas
Mataram. Dan memang hampir semua pendaki menuju puncak untuk mengibarkan
bendera Merah Putih tepat di hari proklamasi ini. Merdeka! (belum wooii belum
sampe puncak).
Di pos 2 kami
sempat beristirahat sejenak. Sedangkan, sang porter telah berjalan lebih dulu.
Pada pos 2 pendaki bisa bermalam karena di pos ini lahannya sangat luas dan
datar. Terdapat pula bangunan beratap dan toilet umum. Di pos 2 terdapat air
bersih yang dapat dimanfaatkan oleh para pendaki sebelum melanjutkan
perjalanan.
Shelter
Pos 2 Rinjani Via Sembalun
Sumber Air Pos 2 (banyak sampah :( )
Eksis dulu kali bro.....
Pos 2 – Pos (ekstra) 3
Perjalanan
menuju pos (esktra) 3 akan lebih menanjak. Beberapa kali kami berpapasan dengan
para pendaki internasional. Saya berjalan di depan, Adoel dan porter ada
dibelakang. Meskipun akhirnya saya tersalip kembali oleh Pak Nana (cepet banget
sih Pak jalannya?)
Perjalanan
disini akan melewati tumbukan batu yang agak licin, dan 1 (satu) jembatan yang
kecil menanjak. Pegangan hanya terdapat pada kanan jalan. Pemandangan kali itu
sudah mulai tertutup kabut yang terkadang tebal dan terkadang menipis.
Tiba di pos
(ekstra) 3, saya mencari Pak Nana. Kemudian Pak Nana menawarkan untuk camp di
Pos 3. Dengan pertimbangan jika kami masih dalam keadaan lelah (belum istirahat
total). Dan setelah pos 3, kami akan berhadapan dengan jalur tanjakan
penyesalan.
Di pos (ekstra)
3 terdapat sumber air. Sumber air ini mengalir dari galian tanah masyarakat.
Sehingga air ini mengalir deras jika dimusim penghujan. Saat itu, air masih
mengalir namun kecil, dan untuk mengambilnya harus bergiliran dengan pendaki
lain.
Kami memutuskan
untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju Plawangan. Kami memeriksa kembali
persediaan air. Sayapun makan siang di pos (ekstra) 3. Setelah makan, saya dan
Adoel melanjutkan perjalanan. Sedangkan porter sudah jauh berjalan didepan.
Nampak
kebakaran lahan hutan.. sedih yah...
Kabut terus
menemani perjalanan kami kali itu
Pos 3 – Plawangan
Perjalanan
pendakian seakan baru dimulai. Pada jalur ini akan menanjak tanpa bonus hingga
pos plawangan. jalur cukup jelas. Jika tidak berkabut maka jalur ini akan penuh
dengan debu. Kali ini jalur sedikit basah karena kabut terus menutupi
pemandangan Rinjani yang cantik.
Kami berjalan
selangkah demi selangkah. Berbarengan dengan para pendaki lain. Seakan berlomba
untuk mencapai plawangan. Terdapat beberapa tanjakan yang luas berpasir.
Sehingga kami harus ekstra hati-hati.
Seperti biasa,
saya jalan didepan. Adoel berjalan dibelakang. Sesekali saya duduk menunggu
Adoel sambil beristirahat. Cuaca yang seketika semakin dingin dan kondisi tubuh
yang semakin lelah membuat saya mengantuk selama perjalanan. Namun, saya
berusaha untuk tidak terjaga diperjalanan. Saya bercengkrama dengan pendaki
lain (sulit menemukan pendaki dari daerah Bogor), terkadang saya mengobrol
dengan pendaki dari Jerman dan Prancis. Ada juga pendaki yang membawa kedua
anaknya yang berumur sekitar 5 tahun dan 2 tahun. Cukup mengesankan meski
sebaiknya si Orang Tua tetap mengutamakan si Anak untuk tidak membawa pendakian
sebelum umurnya mencukupi batas ketentuan.
Hingga akhirnya
kami tiba di pos (ekstra) 4 Plawangan. Jangan seneng dulu Doel.... hehehehe.
Masih ada 2 (dua) bukit yang harus kita lalui. Kali ini hanya pohon yang
menjulang tinggi saja yang berada di kanan dan kiri jalan. Terkadang air
embunnya masih menetes membasahi jilbab dan baju saya.
Mengatur nafas,
terus bergerak, matahari mulai kembali tersenyum, dan yakkkk kami sampai di pos
4 Plawangan. engingenggggg,,,,, banyak tenda dari tempat saya berdiri hingga
tempat awal pendakian menuju puncak. Oh God, Pak Nana dimana?
Kami sempat
kebingungan. Adoel yang kelelahan menunggunya di jalur. Sedangkan saya memutar
Plawangan Awal untuk mencari tenda kami. Bukan perkara mudah untuk mencarinya,
karena dilahan seluas itu terpasang tenda dengan warna dan merk yang sama.
Beruntung,
seorang guide yang membawa turis
menyapa saya. Setelah percakapan itu akhirnya ia menunjukan bahwa tenda yang
berdiri kokoh dibelakang saya itu adalah tenda yang didirikan oleh Pak Nana
(thanks yah bro...)
Saya menjemput
Adoel yang sedang asyik mengambil beberapa foto. Kami (masih) tersenyum melihat
betapa indahnya Puncak Gunung Rinjani dari posisi kami berdiri. Tidak berapa
lama kami menuju tenda, membuka alas kaki dan Pak Nanapun datang membawa air
yang cukup banyak (ternyata dia pergi ke sumber air). Pak Nana mulai memasak
makanan untuk kami. Kami makan malam dan segera beristirahat memulihkan tenaga
sebelum akhirnya muncak di tengah malam nanti.
Sepanjang Jalur Menuju Pos 4 Plawangan
Haloo Matahari......
·
18.30 wita – 00.00 wita
Kami
beristirahat bersama dinginnya malam di Plawangan.
Hari ke-3 –
Sabtu, 16 Agustus 2014
·
00.00 wita – 00.30 wita
Kami terbangun,
dan disuguhi makanan sebelum memulai pendakian. Setelah menyantap makanan dari
Pak Nana, kami memulai pendakian. Senter, Air, Makanan, dan lainnya sudah siap
diangkut. Kali ini saya yang menggendong daypack.
Adoel berjalan (tetap) dibelakang saya.
·
00.30 wita – 10.00 wita
Melewati banyak
tenda. Agaknya mereka masih tertidur pulas. Hingga akhirnya kami sampai di
titik awal pendakian menuju puncak. Jalurnya pasir kerikil yang menanjak.
Sekali jalan harus terus berjalan, sekali berhenti akan turun beberapa langkah.
Ini kali
pertama kami mendaki gunung diluar Jawa. Dan ini pula kali pertama kami mendaki
gunung dengan medan pasir (tanpa berbisik). Terus berusaha dan sampailah kita
di titik kedua sebelum pendakian. Jalannya mulai menunjukan kanan kiri jurang.
Kadang datar, tapi lebih didominasi oleh tanjakan kecil yang menyakitkan
*sakitnya tuh disini (nunjuk kaki).
Kami sempat
berputus asa. Namun, semangat kami mengantarkan kami hingga ke puncak (belum
sampe puncak, masih jauh...) , yak... sampe ke batas ke 3 sebelum puncak kami
menemui jalur kerikil (lagi). Hari sudah semakin siang. Matahari sudah semakin
ganas. Dan kami masih bertahan diposisi ini. sudah banyak pendaki yang turun.
Turun kembali setelah muncak, dan ada juga yang menyerah sebelum sampai
dipuncak.
Kami terus
berjalan. Coba melupakan beban yang berat. ‘pucuk pucuk pucuk’. Dan
dipertengahan jalur kami membuka daypack menemui
2 buah pear. Serasa fatamorgana ditengah gurun pasir. Bukan, ini nyata. Seger
banget makan buah. Disaat inilah akhirnya kami menemukan warga Bogor. Mereka
berdua (kenapa ga bareng aja yah?) maaf saya lupa nama kalian.
Setelah makan
buah, stamina kembali terisi, semangat kembali menggebu. Kami berjalan
selangkah demi selangkah. Say (masih) jalan didepan. Terus sampai akhirnya saya
tiba di Puncak Gunung Rinjani 3.726 mdpl.
“Adoeeeelllll
sampeeee puncakkkkkk.....!”
Pucuk pucuk pucuk brooo semangat! Shoot by Adoel
Masih terus berjalan Shoot by Adoel
Mt. Rinjani 3.726 m dpl Shoot by Tongbro (tolongin dong
bro. ckckckc)
Rinjani
for #Rumpalas
·
10.00 wita – 11.00 wita
Di puncak
Rinjani kami mengambil beberapa foto (bukan edelweis loh), dan itupun
mengantri. Tidak jauh berbeda dengan mengantri di SPBU. Memegang plakat R3726,
dan beberapa diantaranya berhasil dengan sukses tersimpan di kamera hp. Setelah
mengantri dan cukup puas berada di puncak kami segera turun.
Note: kami kami
yang ada dipuncak saat itu adalah rombongan yang terakhir sampai dipuncak dan
yang terakhir pula yang turun kembali ke plawangan.
·
11.00 wita – 14.00 wita
Kami mulai
berjalan turun menuju kembali ke Plawangan. saya dibantu teman asal Bogor (yang lupa namanya). Sampai dijalan tidak
berbatu saya kembali jalan sendiri. Sedangkan Adoel jalan didepan saya
(Finally). Jarak saya dan Adoel cukup jauh.
Sejujurnya,
record hikking saya selama ini tidak pernah menggunakan sepatu. Baru kali ini
saya menggunakan sepatu. Dan tersiksa. Bukan karena sepatu (mungkin), tapi
karena kaki saya yang tidak bersahabat dengan sepatu. Matahari yang semakin
terasa di ubun ubun membuat langkah saya menjadi agak tidak beraturan.
Ditengah
perjalanan saya menyusul Adoel, dan kembali saya berjalan di depan. Dan ketika
menyalip Adoel, saya dengan ‘terpaksa’ membuka sepatu. Berjalan dilanjutkan
dengan beralaskan kaos kaki (saja). Jangan tanya rasanya. Karena sudah pasti
sangat panas.
Hingga
perjalanan dari titik ke-2 hingga titik pertama, turunan terjalpun didepan
mata, saya kembali menggunakan sepatu. Berusaha melupakan rasa sakit yang ada.
Adoel berjalan sangat jauh didepan. Para pendaki lainpun menyusul saya. Saya
berusaha berjalan dengan cepat (hanya berusaha). Kemudian saya mendapati Adoel
duduk didekat jalur sumber air. Rencananya memang kami akan mengambil air
disitu. Tapi karena saya sudah tidak kuat berjalan (dengan sepatu), akhirnya
kami menyerahkan tugas ini kepada Pak Nana (sorry yah Pak Nana).
·
14.00 wita – 00.00 wita
Kami tiba di
Plawangan. Saya tiba di Camp berbeda sekitar 20 menit dengan Adoel. Kami segera
mengganti pakaian dan beristirahat di tenda. Pak Nana membuatkan kami makanan
dan setelah makan dia pergi dengan segera menuju sumber air.
Dimalam hari,
saya terbangun karena rasa panas diseluruh tubuh, tapi saya juga merasakan
dingin di seisi tenda. Yap... saya demam. Ketika Adoel terbangun (karena kram
tangan akut), kami membicarakan rencana perjalanan menuju Danau Segara Anak.
Panjang lebar, akhirnya kami mengambil keputusan yang sangat sangat bijaksana.
Kami tidak melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anak, akan tetapi kami
akan berjalan kembali pulang menuju Sembalun.
Kondisi kami
yang tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan terpaksa akan tetap memimpikan
memancing di Danau Segara Anak yang indah.
Inilah
sesungguhnya perjalanan pendakian. Karena kebijaksanaan, perhitungan, dan
pengertian dari teman akan sangat dibutuhkan. Pemandangan indah di Rinjani
terlalu mahal karena bertaruh dengan nyawa. Maaf kami tidak bisa menghadiri
undangan upacara di Danau Segara Anak yah guys...
Hari ke-4 –
Minggu, 17 Agustus 2014
·
00.00 wita – 07.00 wita
Kami
melanjutkan istirahat.
·
07.00 wita - 08.30 wita
Kami bangun dan
menikmati sarapan sembari memandang (dengan miris dan sedih hati) Danau Segara
Anak dari arah tenda kami. Sangat indah terlihat.
Setelah makan,
kami segera menyusun barang kembali di dalam tas. Setelah semua selesai, kami
segera berjalan meninggalkan Plawangan Sembalun. ‘bye Rinjani’
·
08.30 wita - 13.00 wita
Perjalanan
pulang memang sedikit lebih cepat. Karena saya sudah berganti kembali
menggunakan sendal. Kini Adoel yang memimpin jalan pulang. Sampai di pos
(ekstra) 4 kami beristirahat untuk menikmati buah pear yang tersisa. Selepas
itu, kami terus melanjutkan perjalanan. Tidak sedikit pendaki yang naik, dan
tidak sedikit pula pendaki yang turun. Termasuk rombongan bule yang salah satu
temannya ada yang terkilir kakinya (get well son, bul J )
Tiba di pos 2,
kami berhenti sejenak untuk makan siang. Sama seperti sebelumnya, kami hanya
menunggu makanan jadi. Sempat melihat satwa primata penghuni Rinjani (para
monyet) yang sedang menikmati makanan sisa pengunjung di pos 2.
·
13.00 wita – 16.00 wita
Setelah makan,
kami melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, jalan pulang kami tidak melewati
jalur berangkat. Kami melewati jalur tengah (penduduk.red). Jalurnya membelok
ke kiri setelah melewati jembatan terakhir (jika ke jalur berangkat belok ke
kanan). Jalurnya lebih cepat. Jalur ini jelas dan rimbun oleh pepohonan. Kami
sempat melewati sungai yang kering (jika musim penghujan jalur ini akan sangat
licin dan berbahaya).
Tiba di batas
kawasan milik perhutani, kami sudah dijemput ojekers yang kemarin mengantar
kami. Mereka kembali mengantarkan kami menuju rumah Pak Nana.
·
16.00 wita – 00.00 wita
Sesampainya
rumah Pak Nana, kami segera membersihkan badan dan menyantap makanan yang
dimasak oleh Bu Nana. Dan rasanya itu, sangat enak (meskipun setelahnya alergi
saya kambuh akibat makan ikan). Dan kami istirahat dengan ditemani selimut
tebal yang hangat
Hari Ke-5 –
Senin, 18 Agustus 2014
·
00.00 wita – 07.00 wita
Bobo nyenyak.
·
07.00 wita – 15.00 wita
Kami bangun,
dan kembali bersiap untuk pulang. Pak Lalu, sudah menunggu di depan gang rumah
Pak Nana. Setelah sarapan kami beramitan dengan Pak Nana sekeluarga.
Perjalanan
dilanjutkan menuju Pantai Kuta di Mataram. Kami sempat mampir ke toko pakaian
dan membeli beberapa makanan khas lombok. Setibanya di pantai kuta, kami
menikmati pemandangan sunset di sana.
·
15.00 wita – 00.00 wita
Istirahat
Hari ke-6 –
Selasa, 19 Agustus 2014
·
00.00 wita – 11.00 wita
Istirahat. Dan
paginya kami sudah siap untuk kembali terbang menuju Soetta.
·
11.00 wib – 14.00 wita
Kami menuju
bandara mataram, dan menunggu keberangkatan pesawat menuju jakarta.
·
14.00 wita – 16.00 wib
Kami terbang
menuju bandara Soekarno Hatta.
·
16.00 wib – 18.00 wib
TIBA DI
JAKARTA..........
Kami segera
bergegas menuju Bogor (mengingat malam harinya saya akan mengikuti mistest di
kampus).
·
18.00 wib
Kami tiba
dirumah masing-masing dengan selamat dan tidak kurang satu apapun
#alhamdulillah.
Anggaran
Perjalanan
- Ongkos angkutan umum (damri)dari Pool Damri-Bandara Soekarno Hatta Rp. 65.000/org
- Ongkos pesawat pulang pergi Jakarta-Mataram Lombok Rp. 1.700.000/org
- Ongkos rental mobil pulang pergi bandara mataram lombok-sembalun Rp. 1.000.000/mobil
- Pendaftaran pendakian untuk 4 hari 3 malam Rp. 20.000/org
- Jasa Porter untuk 4 hari 3 malam Rp. 600.000
- Pajak bandara soekarno hatta Rp. 40.000/org
- Pajak bandara mataram lombok Rp. 45.000/org
Best Shoot by Widhie
Negeri di atas awan di Rinjani
Plawangan Sembalun
Sunrise Rinjani 2014
best shoot (flora) at Rinjani 2014
Best Shoot by Adoel
Plawangan Sembalun
Rinjani 2014
thanks for read.....
create by:
Santhy Tri Widianthy – Akt.II 170302/R/II/013
M. Ridwan Firdaus – Akt.Perintis 170302/R/P/007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar