Selasa, 02 September 2014

Catoper Rinjani 2014


Ini adalah Catatan Poto Perjalanan (Catoper) Pendakian pada Taman Nasional Gunung Rinjani Via Sembalun
                           
Hari Pertama – Kamis, 14 Agustus 2014
·         16.00 wib
Tim yang berjumlah 2 (dua) orang, Santhy Tri Widianthy (penulis) – Akt.II 170302/R/II/013 dan M. Ridwan Firdaus – Akt.Perintis 170302/R/P/007, berkumpul di Pool Damri. Logistik, bahan makanan dan peralatan pendakian sudah tersusun rapih pada carrier dan daypack  yang kami siapkan seminggu menjelang keberangkatan.
Ini adalah kali pertama perjalanan pendakian kami untuk spot yang jauh dari rumah dan kali pertama juga perjalanan pendakian hanya ada kami berdua.

·         16.00 wib – 18.00 wib
Kami segera menuju bandara soekarno hatta terminal 1f. Mengingat keberangkatan kami ini di hari kerja, maka kamipun menggunakan damri royal jurusan Bogor-Bandara Soetta agar terhindar dari kemacetan. Normalnya memang hanya sekita 1 (satu) hingga 2 (dua) jam perjalanan. Namun, jika pemberangkatan di hari kerja dan di jam pulang kerja maka, kemacetanpun tidak dapat dihindarkan.
Adoel (biasa kami memanggilnya), tertidur di bis damri. Sedangkan saya, hanya menikmati perjalanan yang sedikit macet.

·         18.00 wib – 19.00 wib
Setibanya kami di bandara, kami segera menuju loket bagasi. Dan masuk kea rah ruang tunggu keberangkatan domestik. Perjalanan malam dan sehabis pulang kerja itu membuat kami sempat singgah di tempat makan. Menurut perhitungan, kami akan tiba di bandara mataram sekitar pukul 10 (sepuluh) malam waktu Indonesia tengah. Itupun jika tidak ada hambatan dari maskapai yang kami gunakan.

·         19.00 wib – 21.00 wib
Kami menunggu keberangkatan di ruang tunggu. Dari sekian banyak orang, ada 1 (satu) orang, lelaki (sebut saja dia Angkasa, maaf bang saya lupa namanya), yang juga menuju TNGR. Banyak pengalaman yang dia lalui. Dan itu menjadi pembelajaran untuk kami. Dia sendiri dari Jakarta, kabarnya sih temennya sudah menunggu di Jalur Senaru. Kebetulan memang beda jalur dengan si Angkasa ini. Kami tetap gunakan jalur Sembalun untuk naik dan jalur Senaru untuk turun (plan ke-1).

·         21.00 wib – 22.00 wita
Finally, kamipun terbang menuju Mataram (setelah delay 1 jam). Dan kami tertidur (lagi) selama perjalanan terbang. Hamper 80% seisi pesawat agaknya tertidur pulas. Kalau saya sih jujur saja, memang lelah setelah seharian bekerja.

·         22.00 wita – 00.00 wita
TIBAAAAA di bandara Mataram Lombok. 
Sebelumnya memang saya sempat nyari barengan di @infopendaki, dan alhasil saya menemukan sahabat dari Jogjakarta. Mereka berdua, dan sudah menunggu sekitar 4 jam di bandara (sorry yah guys…). Mereka itu Gigieh Rinjani Ade Prima (rinjani disini nama asli, suer! Saya pernah liat KTP nya) dan Fajar Maulana Kurniawan.



Kiri berbaju merah itu Mas Gigieh dan kanannya Mas Fajar. Eksis betul fotonya...xixixi



Kiri Mas Fajar dan Kanan Mas Gigieh

Setelah barang bawaan tersusun rapi di trolly kami segera menghampiri sahabat Jogja itu. Mereka menunggu didepan indomart (sungguh, saya gak tau itu dimana). Saya mencoba telepon si Mas Gigieh ini, dan tidak ada jawaban (oh God, kemana orang ini?). saya dan Adoel keluar bandara, saya mencari sahabat JOgja dan Adoel mencari supir travel yang akan mengantar kami menuju Sembalun.
Tidak berapa lama, saya akhirnya menemukan Mas Gigieh (dengan tidak meneleponnya, untung gak salah orang), dan Adoel menemuka sang supir yang gaul itu (namanya Pak Lalu).
Segera kami mengemas barang bawaan (yang banyak) ke dalam mobil. Karena mobil yang digunakan jenis Avanza, alhasil si Angkasa terpaksa deh menumpang mobil lain yang juga menuju TNGR.
Barang bawaan di bangku paling belakang dengan penunggunya Mas Fajar (xixixixi, maaf yah Mas), saya di bangku tengah belakang Pak Lalu, Mas Gigieh disamping saya, dan sampingnya lagi temannya Pak Lalu (gak tau namanya).
Yang menyupiri kami, jelas Pak Lalu seperti yang saya bilang sebelumnya. Dan disampingnya ada Adoel. Dan kami langsung menuju Sembalun. (skip aja yang mampir di indomart karna kami gak jadi beli air disitu, pada bocor botolnya)

Hari ke-2 – Jumat, 15 Agustus 2014
·         00.00 wita – 02.00 wita
Perjalanan menuju Sembalun seharusnya 3-4 jam. Namun, karena ini perjalanan (tengah) malam, maka kami hanya menembus waktu 2 jam. Selain jalanan yang kosong dan mulus, Pak Lalu pun melenggang dengan baik dijalanan seperti pembalap handal.
Kami sempat berhenti di daerah Sembalun (mereka bilang tempat itu namanya Puncak), saya kedinginan, kabut diluar mobil sangat tebal. Dan mereka mereka turun dari mobil untuk menikmati pemandangan (Pemandangan apa kabut semua?hehehe), tidak berapa lama akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju pintu masuk Taman Nasional Gunung Rinjani.
Setibanya di Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, saya menelepon sang porter yang kami kontrak menemani kami selama pendakian, namanya Pak Nana. Ketika komunikasi di telepon itu selesai, saya dan Adoel diantar kerumah Pak Nana, sedangkan Mas Gigieh dan Mas Fajar memilih untuk bermalam di Balai TNGR.
Tidak seberapa jauh, akhirnya kami bertemu dengan Pak Nana. Kami segera menuju rumahnya. Sempat membicarakan rencana pendakian dan mengulas sedikit barang bawaan untuk pendakian pagi harinya. Setelah deal dengan rencana kami, akhirnya Pak Nana sang pemilik rumah mempersilahkan kami beristirahat dengan dipinjamiya selimut tebal nan hangat (makasih loh Pak Nana)


Ini dia porter kita, Pak Nana..... say hai Pak.....

·         02.00 wita – 06.00 wita
Di jam segini kami beristirahat secara maksimal. Selamat mimpi indah... *tarik selimut tebal

·         06.00 wib – 07.00 wita
Meskipun masih terasa lelah, kami harus segera bersiap untuk pendakian. Sebelum berangkat kami disungguhi sarapan oleh si empunya rumah a.k.a Mrs. Nana. Endesss banget makanannya. Ajib pedesnya, bikin ketagihan.
Dan kami memulai pendakian dengan berjalan (baca: jalan pake ojek). Kami sempat mampir ke warung nasi untuk perbekalan selama perjalanan menuju Plawangan Sembalun.

·         07.00 wita – 07.30 wita
Sesampainya di Balai TNGR kami mengisi data pengunjung dan membayar administrasinya. Saya sempat bertemu dengan Mas Gigieh dan Mas Fajar yang sedang melakukan persiapan.
Karena saya dan Adoel adalah pendaki dengan kecepatan normal 20 KM/jam (lama banget dong yah?), akhirnya saya dan Mas Gigieh sepakat untuk berpisah. Mereka meneruskan perjalanan dengan pendaki asal Sumbawa. 
Saya dan Adoel kembali menuju jalur pendakian (masih pake ojek sampe batas kawasan), dan memulai perjalanan.

    batas kawasan TNGR - shoot by Adoel


                                                   batas kawasan TNGR - shoot by Widhie

·         07.30 wita – 17.00 wita
Kami berjalan menuju pos 1 – pos 2 – pos (ekstra) 3.
Pintu masuk TNGR – Pos 1
Perjalanan menuju pos 1 di dominasi oleh padang savana yang luas. Jalanan datar sesekali menanjak sedikit. Jalur jelas. Usahakan menggunakan sunblock jika perjalanan dilakukan pada siang hari. Gunakan syal/slater/ruff sebagai pelindung agar debu tidak terhirup.
Apabila perjalanan dilakukan dengan berjalan santai maka akan tiba di pos 1 selama 1 jam. Selama perjalanan kami melewati beberapa pendaki. Mereka rombongan yang lebih banyak berasal dari Jawa Timur. Sangat sedikit dari mereka yang menggunakan jasa porter sehingga mereka berjalan lebih santai lagi.
Pada pos 1 kami beristirahat sejenak sambil bercengkrama dengan beberapa regu yang terlihat menggunakan pakaian aparatur negara.
 



Pos 1 – Pos 2
Pada jalur menuju pos 2 akan sedikit menanjak. Debunya pun semakin banyak yang mengudara setelah jumlah pendaki yang nanjak semakin banyak. Pada saat kami mendaki memang sedang ada event dari Jakarta yang bekerja sama dengan Mapala Universitas Mataram. Dan memang hampir semua pendaki menuju puncak untuk mengibarkan bendera Merah Putih tepat di hari proklamasi ini. Merdeka! (belum wooii belum sampe puncak).
Di pos 2 kami sempat beristirahat sejenak. Sedangkan, sang porter telah berjalan lebih dulu. Pada pos 2 pendaki bisa bermalam karena di pos ini lahannya sangat luas dan datar. Terdapat pula bangunan beratap dan toilet umum. Di pos 2 terdapat air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan.


   Shelter Pos 2 Rinjani Via Sembalun   
                  


    Sumber Air Pos 2 (banyak sampah :( )

Eksis dulu kali bro.....

Pos 2 – Pos (ekstra) 3
Perjalanan menuju pos (esktra) 3 akan lebih menanjak. Beberapa kali kami berpapasan dengan para pendaki internasional. Saya berjalan di depan, Adoel dan porter ada dibelakang. Meskipun akhirnya saya tersalip kembali oleh Pak Nana (cepet banget sih Pak jalannya?)
Perjalanan disini akan melewati tumbukan batu yang agak licin, dan 1 (satu) jembatan yang kecil menanjak. Pegangan hanya terdapat pada kanan jalan. Pemandangan kali itu sudah mulai tertutup kabut yang terkadang tebal dan terkadang menipis.
Tiba di pos (ekstra) 3, saya mencari Pak Nana. Kemudian Pak Nana menawarkan untuk camp di Pos 3. Dengan pertimbangan jika kami masih dalam keadaan lelah (belum istirahat total). Dan setelah pos 3, kami akan berhadapan dengan jalur tanjakan penyesalan.
Di pos (ekstra) 3 terdapat sumber air. Sumber air ini mengalir dari galian tanah masyarakat. Sehingga air ini mengalir deras jika dimusim penghujan. Saat itu, air masih mengalir namun kecil, dan untuk mengambilnya harus bergiliran dengan pendaki lain.
Kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju Plawangan. Kami memeriksa kembali persediaan air. Sayapun makan siang di pos (ekstra) 3. Setelah makan, saya dan Adoel melanjutkan perjalanan. Sedangkan porter sudah jauh berjalan didepan.
 Nampak kebakaran lahan hutan.. sedih yah...



Kabut terus menemani perjalanan kami kali itu

Pos 3 – Plawangan
Perjalanan pendakian seakan baru dimulai. Pada jalur ini akan menanjak tanpa bonus hingga pos plawangan. jalur cukup jelas. Jika tidak berkabut maka jalur ini akan penuh dengan debu. Kali ini jalur sedikit basah karena kabut terus menutupi pemandangan Rinjani yang cantik.
Kami berjalan selangkah demi selangkah. Berbarengan dengan para pendaki lain. Seakan berlomba untuk mencapai plawangan. Terdapat beberapa tanjakan yang luas berpasir. Sehingga kami harus ekstra hati-hati.
Seperti biasa, saya jalan didepan. Adoel berjalan dibelakang. Sesekali saya duduk menunggu Adoel sambil beristirahat. Cuaca yang seketika semakin dingin dan kondisi tubuh yang semakin lelah membuat saya mengantuk selama perjalanan. Namun, saya berusaha untuk tidak terjaga diperjalanan. Saya bercengkrama dengan pendaki lain (sulit menemukan pendaki dari daerah Bogor), terkadang saya mengobrol dengan pendaki dari Jerman dan Prancis. Ada juga pendaki yang membawa kedua anaknya yang berumur sekitar 5 tahun dan 2 tahun. Cukup mengesankan meski sebaiknya si Orang Tua tetap mengutamakan si Anak untuk tidak membawa pendakian sebelum umurnya mencukupi batas ketentuan.
Hingga akhirnya kami tiba di pos (ekstra) 4 Plawangan. Jangan seneng dulu Doel.... hehehehe. Masih ada 2 (dua) bukit yang harus kita lalui. Kali ini hanya pohon yang menjulang tinggi saja yang berada di kanan dan kiri jalan. Terkadang air embunnya masih menetes membasahi jilbab dan baju saya.
Mengatur nafas, terus bergerak, matahari mulai kembali tersenyum, dan yakkkk kami sampai di pos 4 Plawangan. engingenggggg,,,,, banyak tenda dari tempat saya berdiri hingga tempat awal pendakian menuju puncak. Oh God, Pak Nana dimana?
Kami sempat kebingungan. Adoel yang kelelahan menunggunya di jalur. Sedangkan saya memutar Plawangan Awal untuk mencari tenda kami. Bukan perkara mudah untuk mencarinya, karena dilahan seluas itu terpasang tenda dengan warna dan merk yang sama.
Beruntung, seorang guide yang membawa turis menyapa saya. Setelah percakapan itu akhirnya ia menunjukan bahwa tenda yang berdiri kokoh dibelakang saya itu adalah tenda yang didirikan oleh Pak Nana (thanks yah bro...)
Saya menjemput Adoel yang sedang asyik mengambil beberapa foto. Kami (masih) tersenyum melihat betapa indahnya Puncak Gunung Rinjani dari posisi kami berdiri. Tidak berapa lama kami menuju tenda, membuka alas kaki dan Pak Nanapun datang membawa air yang cukup banyak (ternyata dia pergi ke sumber air). Pak Nana mulai memasak makanan untuk kami. Kami makan malam dan segera beristirahat memulihkan tenaga sebelum akhirnya muncak di tengah malam nanti.






                                                Sepanjang Jalur Menuju Pos 4 Plawangan

Haloo Matahari......

·         18.30 wita – 00.00 wita
Kami beristirahat bersama dinginnya malam di Plawangan.

Hari ke-3 – Sabtu, 16 Agustus 2014
·         00.00 wita – 00.30 wita
Kami terbangun, dan disuguhi makanan sebelum memulai pendakian. Setelah menyantap makanan dari Pak Nana, kami memulai pendakian. Senter, Air, Makanan, dan lainnya sudah siap diangkut. Kali ini saya yang menggendong daypack. Adoel berjalan (tetap) dibelakang saya.

·         00.30 wita – 10.00 wita
Melewati banyak tenda. Agaknya mereka masih tertidur pulas. Hingga akhirnya kami sampai di titik awal pendakian menuju puncak. Jalurnya pasir kerikil yang menanjak. Sekali jalan harus terus berjalan, sekali berhenti akan turun beberapa langkah.
Ini kali pertama kami mendaki gunung diluar Jawa. Dan ini pula kali pertama kami mendaki gunung dengan medan pasir (tanpa berbisik). Terus berusaha dan sampailah kita di titik kedua sebelum pendakian. Jalannya mulai menunjukan kanan kiri jurang. Kadang datar, tapi lebih didominasi oleh tanjakan kecil yang menyakitkan *sakitnya tuh disini (nunjuk kaki).
Kami sempat berputus asa. Namun, semangat kami mengantarkan kami hingga ke puncak (belum sampe puncak, masih jauh...) , yak... sampe ke batas ke 3 sebelum puncak kami menemui jalur kerikil (lagi). Hari sudah semakin siang. Matahari sudah semakin ganas. Dan kami masih bertahan diposisi ini. sudah banyak pendaki yang turun. Turun kembali setelah muncak, dan ada juga yang menyerah sebelum sampai dipuncak.
Kami terus berjalan. Coba melupakan beban yang berat. ‘pucuk pucuk pucuk’. Dan dipertengahan jalur kami membuka daypack menemui 2 buah pear. Serasa fatamorgana ditengah gurun pasir. Bukan, ini nyata. Seger banget makan buah. Disaat inilah akhirnya kami menemukan warga Bogor. Mereka berdua (kenapa ga bareng aja yah?) maaf saya lupa nama kalian.
Setelah makan buah, stamina kembali terisi, semangat kembali menggebu. Kami berjalan selangkah demi selangkah. Say (masih) jalan didepan. Terus sampai akhirnya saya tiba di Puncak Gunung Rinjani 3.726 mdpl.
“Adoeeeelllll sampeeee puncakkkkkk.....!”


Pucuk pucuk pucuk brooo semangat! Shoot by Adoel



 Masih terus berjalan Shoot by Adoel


Mt. Rinjani 3.726 m dpl Shoot by Tongbro (tolongin dong bro. ckckckc)


Rinjani for #Rumpalas 

·         10.00 wita – 11.00 wita
Di puncak Rinjani kami mengambil beberapa foto (bukan edelweis loh), dan itupun mengantri. Tidak jauh berbeda dengan mengantri di SPBU. Memegang plakat R3726, dan beberapa diantaranya berhasil dengan sukses tersimpan di kamera hp. Setelah mengantri dan cukup puas berada di puncak kami segera turun.
Note: kami kami yang ada dipuncak saat itu adalah rombongan yang terakhir sampai dipuncak dan yang terakhir pula yang turun kembali ke plawangan.

·         11.00 wita – 14.00 wita
Kami mulai berjalan turun menuju kembali ke Plawangan. saya dibantu teman asal Bogor  (yang lupa namanya). Sampai dijalan tidak berbatu saya kembali jalan sendiri. Sedangkan Adoel jalan didepan saya (Finally). Jarak saya dan Adoel cukup jauh.
Sejujurnya, record hikking saya selama ini tidak pernah menggunakan sepatu. Baru kali ini saya menggunakan sepatu. Dan tersiksa. Bukan karena sepatu (mungkin), tapi karena kaki saya yang tidak bersahabat dengan sepatu. Matahari yang semakin terasa di ubun ubun membuat langkah saya menjadi agak tidak beraturan.
Ditengah perjalanan saya menyusul Adoel, dan kembali saya berjalan di depan. Dan ketika menyalip Adoel, saya dengan ‘terpaksa’ membuka sepatu. Berjalan dilanjutkan dengan beralaskan kaos kaki (saja). Jangan tanya rasanya. Karena sudah pasti sangat panas.
Hingga perjalanan dari titik ke-2 hingga titik pertama, turunan terjalpun didepan mata, saya kembali menggunakan sepatu. Berusaha melupakan rasa sakit yang ada. Adoel berjalan sangat jauh didepan. Para pendaki lainpun menyusul saya. Saya berusaha berjalan dengan cepat (hanya berusaha). Kemudian saya mendapati Adoel duduk didekat jalur sumber air. Rencananya memang kami akan mengambil air disitu. Tapi karena saya sudah tidak kuat berjalan (dengan sepatu), akhirnya kami menyerahkan tugas ini kepada Pak Nana (sorry yah Pak Nana).

·         14.00 wita – 00.00 wita
Kami tiba di Plawangan. Saya tiba di Camp berbeda sekitar 20 menit dengan Adoel. Kami segera mengganti pakaian dan beristirahat di tenda. Pak Nana membuatkan kami makanan dan setelah makan dia pergi dengan segera menuju sumber air.
Dimalam hari, saya terbangun karena rasa panas diseluruh tubuh, tapi saya juga merasakan dingin di seisi tenda. Yap... saya demam. Ketika Adoel terbangun (karena kram tangan akut), kami membicarakan rencana perjalanan menuju Danau Segara Anak. Panjang lebar, akhirnya kami mengambil keputusan yang sangat sangat bijaksana. Kami tidak melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anak, akan tetapi kami akan berjalan kembali pulang menuju Sembalun.
Kondisi kami yang tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan terpaksa akan tetap memimpikan memancing di Danau Segara Anak yang indah.
Inilah sesungguhnya perjalanan pendakian. Karena kebijaksanaan, perhitungan, dan pengertian dari teman akan sangat dibutuhkan. Pemandangan indah di Rinjani terlalu mahal karena bertaruh dengan nyawa. Maaf kami tidak bisa menghadiri undangan upacara di Danau Segara Anak yah guys...

Hari ke-4 – Minggu, 17 Agustus 2014
·         00.00 wita – 07.00 wita
Kami melanjutkan istirahat.

·         07.00 wita -  08.30 wita
Kami bangun dan menikmati sarapan sembari memandang (dengan miris dan sedih hati) Danau Segara Anak dari arah tenda kami. Sangat indah terlihat.
Setelah makan, kami segera menyusun barang kembali di dalam tas. Setelah semua selesai, kami segera berjalan meninggalkan Plawangan Sembalun. ‘bye Rinjani’

·         08.30 wita -  13.00 wita
Perjalanan pulang memang sedikit lebih cepat. Karena saya sudah berganti kembali menggunakan sendal. Kini Adoel yang memimpin jalan pulang. Sampai di pos (ekstra) 4 kami beristirahat untuk menikmati buah pear yang tersisa. Selepas itu, kami terus melanjutkan perjalanan. Tidak sedikit pendaki yang naik, dan tidak sedikit pula pendaki yang turun. Termasuk rombongan bule yang salah satu temannya ada yang terkilir kakinya (get well son, bul J )
Tiba di pos 2, kami berhenti sejenak untuk makan siang. Sama seperti sebelumnya, kami hanya menunggu makanan jadi. Sempat melihat satwa primata penghuni Rinjani (para monyet) yang sedang menikmati makanan sisa pengunjung di pos 2.

·         13.00 wita – 16.00 wita
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, jalan pulang kami tidak melewati jalur berangkat. Kami melewati jalur tengah (penduduk.red). Jalurnya membelok ke kiri setelah melewati jembatan terakhir (jika ke jalur berangkat belok ke kanan). Jalurnya lebih cepat. Jalur ini jelas dan rimbun oleh pepohonan. Kami sempat melewati sungai yang kering (jika musim penghujan jalur ini akan sangat licin dan berbahaya).
Tiba di batas kawasan milik perhutani, kami sudah dijemput ojekers yang kemarin mengantar kami. Mereka kembali mengantarkan kami menuju rumah Pak Nana.

·         16.00 wita – 00.00 wita
Sesampainya rumah Pak Nana, kami segera membersihkan badan dan menyantap makanan yang dimasak oleh Bu Nana. Dan rasanya itu, sangat enak (meskipun setelahnya alergi saya kambuh akibat makan ikan). Dan kami istirahat dengan ditemani selimut tebal yang hangat

Hari Ke-5 – Senin, 18 Agustus 2014
·         00.00 wita – 07.00 wita
Bobo nyenyak.

·         07.00 wita – 15.00 wita
Kami bangun, dan kembali bersiap untuk pulang. Pak Lalu, sudah menunggu di depan gang rumah Pak Nana. Setelah sarapan kami beramitan dengan Pak Nana sekeluarga.
Perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Kuta di Mataram. Kami sempat mampir ke toko pakaian dan membeli beberapa makanan khas lombok. Setibanya di pantai kuta, kami menikmati pemandangan sunset di sana.

·         15.00 wita – 00.00 wita
Istirahat

Hari ke-6 – Selasa, 19 Agustus 2014
·         00.00 wita – 11.00 wita
Istirahat. Dan paginya kami sudah siap untuk kembali terbang menuju Soetta.
·         11.00 wib – 14.00 wita
Kami menuju bandara mataram, dan menunggu keberangkatan pesawat menuju jakarta.

·         14.00 wita – 16.00 wib
Kami terbang menuju bandara Soekarno Hatta.

·         16.00 wib – 18.00 wib
TIBA DI JAKARTA..........
Kami segera bergegas menuju Bogor (mengingat malam harinya saya akan mengikuti mistest di kampus).

·         18.00 wib
Kami tiba dirumah masing-masing dengan selamat dan tidak kurang satu apapun #alhamdulillah.

Anggaran Perjalanan
  • Ongkos angkutan umum (damri)dari Pool Damri-Bandara Soekarno Hatta Rp. 65.000/org
  • Ongkos pesawat pulang pergi Jakarta-Mataram Lombok Rp. 1.700.000/org
  • Ongkos rental mobil pulang pergi bandara mataram lombok-sembalun Rp. 1.000.000/mobil
  • Pendaftaran pendakian untuk 4 hari 3 malam Rp. 20.000/org
  • Jasa Porter untuk 4 hari 3 malam Rp. 600.000
  • Pajak bandara soekarno hatta Rp. 40.000/org
  • Pajak bandara mataram lombok Rp. 45.000/org
 Best Shoot by Widhie
Negeri di atas awan di Rinjani
Plawangan Sembalun
Sunrise Rinjani 2014

best shoot (flora) at Rinjani 2014

Best Shoot by Adoel
 Plawangan Sembalun

  Rinjani 2014

 thanks for read..... 
create by:

Santhy Tri Widianthy – Akt.II 170302/R/II/013

M. Ridwan Firdaus – Akt.Perintis 170302/R/P/007




Tidak ada komentar:

Posting Komentar